Dikabarkan Tak Hadiri KTT G20 dan Malah Main Golf, Donald Trump: Berita Palsu
Kerajaan Arab Saudi mengadakan KTT G20 secara virtual pada 21-22 November 2020. Presiden Donald Trump sempat diberitakan tidak tiba dan malahan bermain golf.
sabung ayam online 5 trick jitu menang besar di taruhan judi sabung ayam
Rumor itu dibantah langsung oleh Trump. Dia akui tiba lebih cepat dan memberikan sepatan kata di KTT G20.
"Barusan datang di Virtual G20. Datang tempo hari (lebih awal), tapi beberapa medium informasi palsu tidak berhasil menyampaikannya secara tepat, seperti umumnya. Pidato saya ada (mereka ngomong saya tidak memberi pidato)," tutur Presiden Donald Trump lewat Twitter pada 22 November 2020 waktu di tempat.
Salah satunya informasi yang diprotes Donald Trump ialah informasi CNBC yang dengan judul Trump "tidak mendatangi acara G-20 dalam persiapan wabah global."
Direktur Ekonomi Nasional Larry Kudlow mengirim catatan protes dan menyebutkan Presiden Trump datang bersama dianya dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Kudlow turut membuat pidato Trump. Dia juga minta ada verifikasi.
Judul di CNBC telah diklarifikasi jadi "Trump mendatangi tatap muka G-20 terakhir kalinya tapi tidak berperan serta di sesion persiapan wabah."
Pengakuan dari sekretaris jurnalis Gedung Putih ikut diperlihatkan berkaitan suport Donald Trump pada G20.
"Presiden Trump memperjelas keutamaan G20 untuk kerja bersama untuk perkembangan dan kemakmuran hari esok," catat Gedung Putih.
Lepas dari kalahnya dalam penyeleksian umum, Presiden Donald Trump bisa membesarkan hati kesuksesan yang mengundang perhatian instansi survey. Ia lebih terkenal di kelompok pemilih etnis minoritas dibanding di tahun 2016.
Sebagian orang kemungkinan memandang ini mengagetkan ingat kritikus politiknya demikian kerap mendakwanya lakukan rasisme dan Islamofobia.
Merilis BBC, Minggu 22 November 2020, Trump menyanggah jadi rasis dan mendakwa Demokrat menyepelekan pemilih Afrika-Amerika.
Presiden Republik itu mendapatkan 6% suara antara pria kulit hitam, dan kenaikan 5% antara wanita Hispanik. Itu bermakna beberapa pemilih berbeda pemikiran dan memilih untuk memberi suara mereka, sesudah tidak memberi suara atau memberi suara untuk calon lain di tahun 2016. Tetapi hal tersebut memberitahu kita suatu hal mengenai daya magnet unik Trump.
"Saya terang tumbuh lebih liberal - nenek saya besar dalam pergerakan hak-hak sipil di sini di Texas sepanjang tahun 60-an, dan saya tumbuh dengan ideologi itu."
Mateo Mokarzel (40) ialah mahasiswa pascasarjana dari Houston, Texas dan mempunyai peninggalan kombinasi, Meksiko dan Lebanon.
Ia tidak memberi suara di tahun 2016, dan ia tidak setia ke salah satunya partai besar - tapi kesempatan ini ia memilih untuk memberi suaranya untuk Partai Republik.
"Pertamanya kali Trump mencalonkan diri saya betul-betul tidak percaya. Saya cuman memikir, berikut presenter talk-show selebriti yang pengin mencalonkan diri selaku presiden, saya tidak menganggap serius - jadi saya bukan simpatisan Trump untuk pertamanya kali. Sebenarnya, saya berpikir ia serupa dengan Hillary, jadi saya tidak ketarik," ucapnya ke BBC News.
Tapi Mateo menjelaskan jika bimbingannya di Texas memberi warna penglihatannya mengenai ke-2 parpol.
"Susah untuk orang yang tidak berasal disini di Texas, orang lupa jika Texas dahulunya ialah negara sisi biru," ucapnya.
Barisan yang alami kenaikan suport paling besar untuk Trump dibanding tahun 2016, ialah pria kulit hitam.
Komune kulit hitam sudah lama dilihat selaku blok pengambilan suara yang secara stabil memberi suportnya ke Demokrat dalam skala besar tiap penyeleksian. Tahun ini tidak berlainan - kenyataannya, menurut exit poll, pemilih kulit putih ialah salah satu barisan di mana sebagian besar pilih Trump.
Untuk fakta ini Sam Fulwood III, yang lakukan Black Swing Voter Proyek tahun ini, menjelaskan ke BBC News jika kenaikan suport untuk Trump antara pemilih kulit hitam jangan dilebih-lebihkan:"Saya berpikir ini lebih menggegerkan dibanding fakta," kata Fulwood, yang paling gawat pada Trump.
"Tidak ada demografis lain dalam warga AS yang pilih Joe Biden dengan jumlah yang semakin tinggi dibanding pria kulit hitam, terkecuali wanita kulit hitam."
Tapi walau pemilih kulit hitam condong pilih Demokrat terlalu berlebih, mereka bukan monolit.
Menurut studi Pew Research Center dari Januari 2020, seperempat Demokrat kulit hitam mengenali selaku konvensional, dan 43% selaku moderat.
Jajak opini Harvard-Harris 2018 mendapati jika orang kulit hitam Amerika lebih memberikan dukungan pengurangan imigrasi sah dibanding demografis yang lain - 85% menjelaskan mereka pengin imigrasi dikurangkan dari tingkat sekarang ini, dan 54% pilih pilihan paling ketat yang ada - memungkinkannya kurang dari 250.000 imigran ke negara itu per tahun, atau bahkan juga menjelaskan mereka tidak mau meluluskan imigran sama sekalipun.
Dalam satu artikel di LA Times di tahun yang serupa, bekas diplomat Dave Seminara menyampaikan ini sebab pemuda kulit hitam di AS "kerap berkompetisi dengan beberapa imigran baru untuk memperoleh pekerjaan berketerampilan rendah."
Yok, turuti cerita ini atau yang lain dalam Program Berani Berbeda, hasil kerjasama di antara SCTV, Indosiar bersama medium digital Liputan6.com dan Merdeka.com.